PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Tumbuhan paku (Pteridophyta)
digolongkan tumbuhan tingkat rendah, karena meskipun tubuhnya sudah jelas
memiliki kormus serta mempunyai sistem pembuluh tetapi belum menghasilkan biji
dan alat perkembangbiakan yang utama adalah spora. Sebagai tumbuhan tingkat
rendah, Pteridophyta lebih maju daripada Bryophytasebab sudah ada sistem
pembuluh, sporofitnya hidup bebes dan berumur panjang, sudah ada akar sejati,
dan sebagian sudah merupakan tumbuhan heterospor.
Seperti pada Bryophyta, pada
Pteridophyta juga terdapat pergiliran keturunan yang menunjukkan adanya dua
keturunan yang bergiliran. Individu yang menghasilkan gamet (gametofit)
merupakan generasi yang haploid. Setelah terjadi fertilisasi akan terbentuk
zigot yang merupakan permulaan dari keturunan yang diploid. Kemudian dari sini
lalu terbentuk individu yang diploid (sporofit) karena menghasilkan spora m
pembelahan reduksi. Spora inilah yang merupakan permulaan dari generasi
haploid. Dari spora akan terbentuk protalium melalui perkecambahan spora.
Divisi Pteridophyta terbagi menjadi 4 kelas, yaitu: Psilophyinae (paku purba),
Lycopodinae (paku kawat), Equisetinae (paku ekor kuda) dan Filicineae (paku
sejati).
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan pterydophyta?
2. Apakah
karakteristik umum dari pterydophyta?
3. Apa
saja klasifikasi pterydophyta?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan pterydophyta
2. Untuk
mengetahui karakteristik umum dari pterydophyta
3. Untuk
mengetahui klasifikasi dari pterydophyta
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Karakteristik
Umum Pteridophyta
Pteridophyta
memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Embrio
sudah dapat dibedakan adanya dua kutub, yaitu kutub atas yang akan berkembang
menjadi tunas dan kutub bawah yang disebut kutub akar. Kutub akar tidak terus
berkembang membentuk akar, karena akar tumbuhan paku bersifat endogen dan
tumbuh ke samping dari batang. Dengan demikian embrio Pteridophyta bersifat
unipolar, akar yang keluar pertama tidak dominan dan segera disusul oleh
akar-akar lain yang muncul dari batang. Akar memiliki kaliptra.
2. Batang
Pteridophyta bercabang-cabang menggarpu atau membentuk cabang-cabang ke samping
yang bukan keluar dari ketiak daun.
3. Daun-daun
pada Pteridophyta yang tinggi tingkat perkembangannya memiliki sifat-sifat yang
sesuai dengan daun Spermatophyta.
4. Dalam
akar, batang dan daun terdapat jaringan pengangkut, yaitu terdiri atas xylem
dan floem. Berkas pengangkut konsentris amfikibral yaitu xylem ditengah
dikelilingi oleh floem.
5. Pertumbuhan
menebal sekunder karena kegiatan cambium belum ada.
6. Sporofit
memiliki kormus yang sesungguhnya. Sporangium dan spora terbentuk pada daun,
kadang-kadang dalam ketiak atau ujung tunas. Daun-daun yang mempunyai
sporangium disebut sporofil, sedangkan daun-daun yang steril disebut tropofil.
7. Sporangium
memiliki lapisan-lapisan dinding yang menyelubungi jaringan sporogen. Sel-sel
sporogen membulat dan memisahkan diri satu sama lain menjadi sel-sel induk
spora. Masing-masing membelah reduksi membentuk 4 spora haploid yang dapat
bergandengan tetraeder.
8. Lapisan
sel-sel yang mengandung banyak plasma dan berguna member makan pada sel-sel
sporogen dinamakan tapetum, terdapat di sekeliling jaringan sporogen.
9. Spora
memiliki tiga lapis dinding, berturut-turut dari luar ke dalam yaitu
perisporium, eksosporium dan endosporium. Endosporium berdinding tipis menempel
di sebelah dalam eksosporium yang berdinding tebal dan kuat, sedangkan
perisporium merupakan lapisan tambahan yang dibentuk dari periplasmodium
(plasma yang melumuri sel-sel induk spora).
Warga Pteridophyta amat heterogen
bila ditinjau dari segi habitus dan cara hidupnya. Ada jenis yang sangat kecil
dengan daun-daun kecil dan struktur yang masih sangat sederhana, ada pula yang
besar dengan daun-daun yang mencapai ukuran panjang sampai 2 sampai 30 m dengan
garis tengah batang sampai 2 m. dari segi cara hidupnya ada jenis paku yang
hidup teresterial, ada paku epifit, dan ada paku air. Jutaan tahun lalu,
hutan-hutan di bumi kemungkinan disusun atas warga tumbuhan paku yang berupa
pohon-pohon yang tinggi besar, dan kita kenal sisanya sebagai batubara.
Jenis-jenis yang sekarang masih ada sebagian besar bersifat higrofit yang
menyukai tempat-tempat teduh dan lembab serta berukuran tinggi beberapa meter
saja.
Jenis paku yang menghasilkan spora
berumah satu dan sama besar disebut paku homospor, sporanya mempunyai
sifat-sifat yang sama, dan setelah berkecambah menghasilkan protalium dengan
anteridium dan arkegonium. Contoh paku homospor dapat dijumpai pada Filicineae.
Paku yang protaliumnya tidak sama besar dan berumah dua disebut paku
heterospor, contohnya pada Selaginellales, dan Hydropteridales. Pemisahan jenis
kelamin telah terjadi pada pembentukan spora, selain berbeda jenis kelaminnya
juga berbeda ukurannya. Spora yang besar dinamakan makrospora dan terbentuk
dalam macrosporangium, dan pada waktu perkecambahan tumbuh menjadi
makroprotalium. Spora yang kecil disebut mikrospora, dihasilkan dalam
mikrosporangium. Mikrospora tumbuh menjadi mikroprotalium. Padanya terdapat
anteridium.
B.
Klasifikasi
Pterydophyta
Ada beberapa
klasifikasi pterydohyta yaitu sebagai berikut:
1.
Kelas
Psilophytineae (Paku Purba)
Paku purba meliputi jenis-jenis
tumbuhan paku yang sebagian besar telah punah. Anggotanya ada yang merupakan
paku telanjang (tidak berdaun) dan ada yang berdaun kecil (mikrofil) yang belum
terdiferensiasi. Ada diantaranya yang belum memiliki akar namun sudah mempunyai
jaringan pengangkut, semua bersifat homospor dan sporangium letaknya terminal
pada batang.
a. Bangsa
Psilophytales
·
Tumbuhan yang tergolong
dalam bangsa ini merupakan paku telanjang
·
Dikenal sebagai
tumbuhan darat tertua yang tinggal ditemukan fosilnya dalam lapisan bumi yang
amat tua
·
Merupakan tumbuhan paku yang paling rendah
tingkat perkembangannya
·
Yang paling sederhana
masih belum berdaun dan belum berakar, namun batangnya sudah mempunyai berkas
pengangkut.
b. Bangsa
Psilotales
·
Terna kecil rendah,
batang bercabang menggarpu dengan mikrofil berbentuk sisik
·
Tidak berakar hanya
berupa rizoid
·
Sporangium terdapat
diantara taju-taju sporofilyang berbagi menggarpu
·
Sporangium beruang 3,
dinding terdiri dari beberapa lapis, tidak punya tapetum.
·
Protalium berbentuk
silinder dan bercabang, ukurannya hanya beberapa cm, tidak berwarna, hidup
dalam tanah bersimbiosis dengan cendawan mikoriza
·
Anteridium dan
permukaannya punya banyak ruang mengeluarkan spermatozoid berflagel banyak
·
Arkegonium kecil dan
agak tenggelam
·
Embrio tidak mempunyai
suspensor dan letaknya eksoskopik/ujungnya kearah arkegonium
·
Contoh: Psilotum nudum, P. triquetrum, Tmesipteris
tannensis.
Psilotum
triquetrum.
2.
Kelas
Lycopdineae (Paku Kawat atau Paku Rambat)
Paku kawat atau paku rambat ini
tumbuh baik pada kondisi lembab dan merambat. Meliputi golongan yang sudah
punah dan yang sekarang masih ada. Golongan yang sekarang masih ada hanya
terdiri dari 4 marga, yaitu: Lycopodium, Phylloglosum, Selaginella, dan
Isoetes, yang keseluruhannya meliputi 900 jenis. Sporofit dapat dibedakan
adanya batang, akar dan daun. Batang kecil seperti kawat dan bercabang-cabang.
Daunnya berukuran kecil seperti rambut yang terdapat di seluruh batang. Sporangium
terdapat di ketiak daun atau pangkal sisi atas daun dan biasanya terkumpul di
ujung cabang atau batang, dilindungi oleh daun-daun steril yang lembut seperti
rambut (strobilus). Ada yang bersifat homospor dan ada yang heterospor. Pada
yang heterospor gametofit dibentuk di dalam spora (endosporik), sedang yang
homospor gametofitnya dibentuk di luar spora (eksosporik).
a. Bangsa
Lycopodiales
·
Hanya mempunyai 2 marga
yang masih ada sampai sekarang, yaitu Lycopodium,
dan Phylloglosum.
·
Terna kecil, batang tumbuh
tegak atau berbaring dengan cabang-cabang menggarpu yang tertutup oleh daun.
·
Daun-daun panjangnya
2-10 mm, berambut, berbentuk garis atau jarum yang sama bentuknya.
·
Akar bercabang
menggarpu.
·
Sporofil berbentuk
segitiga sama sisi, mempunyai sporangium yang agak pipih, berbentuk ginjal yang
terdapat pada sisi atas daun dekat pangkalnya. Protalium tumbuh di atas tanah,
berbentuk seperti umbi kecil, keputih-putihan dan punya rizoid. Padanya
terdapat jamur dilapisan perifer. Umurnya dapat sampai 20 tahun.
·
Protalium berumah satu
terdapat alat kelamin dibagian apical. Anteridium terbenam dalam jaringan
protalium, terdiri atas banyak sel, tiap sel menghasilkan spermatozoid
berbentuk jorong dengan 2 bulu cambuk. Arkegonium mempunyai banyak sel saluran
leher yang sering tereduksi sampai tinggal satu saja.
Lycopodium phlegmaria
·
Zigot mula-mula dengan
suatu dinding dasar yang melintang membelah menjadi 2 sel, yang bawah mula-mula
membagi diri menjadi 4 kuadran kemudian menjadi oktan dan selanjutnya menjadi
embrionya, sedang sel-sel yang menghadap leher arkegonium menjadi pendukung
embrio atau suspensor. Dengan demikian embrio tidak menghadap ke leher
arkegonium. Letak embrio tersebut dinamakan endoskopik.
b. Bangsa
Selaginalles (Paku Rane, Paku Lumut)
·
Bangsa ini hanya
terdiri atas satu suku Selaginellaceae dengan satu marga Selaginella yang
meliputi ± 700 jenis.
·
Habitus dalam beberapa
hal menyerupai Lycopodineae. Ada juga yang berukuran kecil mirip dengan lumut
hati yang berdaun dan tumbuh di antara tumbuhan lumut, sehingga dinamakan juga
paku lumut.
·
Di dekat percabangan
batang terdapat alat tambahan yang dinamakan rizofora atau pendukung akar .
rizofora bentuknya seperti batang tetapi tidak berdaun, tumbuh ke bawah menuju
tanah dan pada ujungnya tumbuh akar.
·
Selaginella bersifat
herterospor. Sporangium terdapat dalam strobilus, menghasilkan mikro dan
megaspore yang terpisah-pisah tetapi keduanya ditemukan dalam satu rangkaian
sporofil. Dinding sporangium terdiri atas 3 lapis, tapetum di lapis paling
dalam berguna untuk member makanan kepada spora. Spora sudah memulai
perkembangannya membentuk protalium sejak masih di dalam sporangium.
·
Setelah satu atau
beberapa arkegonium dibuahi, mulailah perkembangan embrio yang bersifat
endoskopik. Untuk membebaskan diri dari protalium, embrio tersebut membelok
seperti pada Lycopodium. Calon akar baru dibentuk kemudian. Pertumbuhan
memanjang berlangsung dengan perantaraan suatu sel ujung sebagai sel pemulanya.
c. Bangsa
Lepidodendrales
·
Anggotanya pada saat
ini sudah punah. Tumbuhan ini mencapai puncak perkembangannya di zaman Devon,
karbon dan perm. Fosil dari tumbuhan ini merupakan sumber batubara.
·
Beberapa pohon
berukuran raksasa, tinggi s/d 30 meter dengan diameter hingga 2 meter.
·
Daun yang gugur
meninggalkan bekas seperti bantalan di pangkal tangkai daun.
·
Bangun daun berupa
jarum atau berupa garis, berlidah-lidah dengan bekas pengangkut yang sederhana
dan jarang sekali memperlihatkan percabangan menggarpu.
Rekonstruksi
dari Lepidodendron Obovatum
·
Batangnya sudah
mengalami penebalan sekunder dengan adanya jaringan semacam cambium gabus yang
kea rah dalam menghasilkan sel-sel gelam yang jumlahnya lebih banyak daripada
unsure-unsur kayu.
·
Punya “rimpang” yang disebut pendukung akar
atau stigmarium, dan dipermukaannya ada bekas-bekas akar.
·
Rangkaian sporofil
Lepidodendron dapat mencapai panjang 25 cm dan hampir selalu heterospor.
strobilus
dan spora dari Lepidodendron
·
Ada suatu kelompok
warga Lepidodenrales yaitu Lepidospermae yang memiliki biji. Mikrosporofil
menjadi suatu selubung (integument) “porangium, tetapi pada ujungnya terbuka,
sehingga dapat menangkap mikrospora yang berhamburan dan dengan cara-cara yang
belum diketahui akhirnya akan terjadi pembuahan. Organ tersebut tetap pada
tumbuhan induknya dan berkembang menjadi biji. Pada pembentukan kulit biji
tidak hanya dinding sporangium saja yang ikut mengambil bagian tetapi juga
sporofil.
d. Bangsa
Isoetales
·
Bangsa ini memuat
golongan rumput-rumputan yang sebagian hidup dalam air dan sebagian pada
tanah-tanah yang basah.
·
Anggotanya sekarang ada
hanya terdiri dari 1 suku dan 1 marga saja yaitu Isoetes dengan 60-100 jenis.
·
Sporofit mempunyai
batang seperti umbi, jarang bercabang, kalau bercabang menggarpu.
·
Dari bagian bawah
batang keluar akar-akar dan bercabang menggarpu, sedangkan di bagian atas
batang terdapat rozet daun, terdiri atas daun-daun yang berujung runcing
panjang sampai satu meter. Tiap daun memiliki saluran udara dan di sisi atas
dekat pangkal daun ada lekukan yang disebut foveum.
·
Semua daun kecuali yang
letaknya di tengah adalah sporofil. Tiap sporofil mengandung satu sporangium
yang letaknya di dalam foveum. Di atas foveum terdapat ligula yang berupa
selaput berbentuk segitiga dengan pangkal terbenam.
·
Di dalam roset daun
yang letaknya di bagian luar berupa makrosporofil dan yang letaknya di bagian
dalam berupa mikrosporofil.
·
Sporangium besarnya 4-7
mm melindungi sebagian atau seluruhnya oleh selaput yang disebut velum.
·
Ruang sporangium
terbagi-bagi oleh jaringan steril yang dinamakan trabekula. Dinding sporangium
terdiri dari beberapa lapis sel.
·
Perkembangan gametofit
hampir sama dengan Selaginella.
·
Zigot dengan dua
dinding yang tegak lurus satu sama lain membelah menjadi empat kuadran, dan
diantaranya membentuk ujung tunas dan daun beserta ligulanya, yang dua lainnya
menjadi akar dan haustorium. Suspensor tidak ada. Letak embrio mula-mula
endoskopik, tetapi sedikit demi sedikit embrio itu berputar hingga mencapai
kedudukan yang eksoskopik.
3.
Kelas Equisetineae (Paku Ekor Kuda)
Anggota dari kelas ini yang
sekarang masih ada umumnya berupa terna yang menyukai tempat-tempat lembab,
kadang-kadang dalam jumlah besar dan bersifat dominant dalam komunitas
tertentu. Bentuk strobilus pada sporofit seperti ekornya kuda. Batang
bercabang-cabang berkarang dan berbuku-buku dan beruas-ruas. Daun-daun kecil
seperti selaput, tersusun berkarang. Sporofil berbeda dengan daun biasa
(berbentuk perisai dengan sejumlah sporangium di sisi bawahnya). Sporofil
tersusun sebagai badan berbentuk gada atau kerucut pada ujung batang atau
cabang. Protalium berwarna hijau dan berkembang di luar sporanya.
a. Bangsa
Equisetales
·
Hanya terdiri atas satu
suku yaitu Equisetaceae dan satu marga yaitu Equisetum dengan ± 25 jenis.
Tumbuhan ini hidup di darat atau di rawa-rawa.
·
Mempunyai semacam
rimpang dengan cabang yang berdiri tegak, batang yang berdiri tegak tersebut
berumur hanya 1 tahun.
Equisetum telmateia
·
Pada penampang
melintang, batang mempunyai lingkaran berkas pengangkut kolateral, dua
lingkaran saluran-saluran antar sel, dan satu ruang udara lisigen di pusat.
Berkas pengangkut dalam sporofil mempunyai susunan konsentris.
·
Batang atau cabang
beralur dan beruas-ruas panjang. Pada buku-buku batang terdapat karangan daun
serupa selaput atau sisik. Daun-daun itu di bagian bawah berlekatan menjadi
suatu sarung yang menyelubungi batang. Cabang-cabang keluar di antara daun-daun
dan menembus sarung.
·
Pada beberapa warga
Equisetales terdapat beberapa jenis yang
mempunyai semacam umbi untuk menghadap kala yang buruk.
·
Sporofil tersusun dalam rangkaian yang
menyerupai kerucut pada ujung batang.
·
Spora mempunyai dinding
yang terdiri atas endo dan eksoporium, dan perisporium yang berlapis-lapis.
Lapisan perisporium yang terluar terdiri atas dua pita sejajar yang ujungnya
melebar seperti lidah. Jika spora itu kering, pita terlepas dari gulungannya
tetapi di tengah-tengahnya tetap melekat pada eksosporium.
siklus
hidup paku ekor kuda
·
Dari bangsa ini ada
suku yang sudah punah yaitu Calamitaceae, contohnya: Eucalamites multiramis, Calamophyton primaevum.
b. Bangsa
Sphenophyllales
·
Hanya dikenal fosilnya
saja, berasal dari zaman Paleozoikum.
·
Daunnya menggarpu atau
berbentuk pasang dengan tulang-tulang bercabang menggarpu, tersusun berkarang.
Daunnya termasuk heterofil, yaitu tidak sama bentuk dan ukurannya, ada yang
berbentuk pasak dan ada yang kecil sempit.
·
Batangnya beruas-ruas
panjang, bercabang-cabang, mempunyai satu berkas pengangkut yang tidak berteras
dan mempunyai cambium.
·
Rangkaian sporofil
menyerupai Equisetum
·
Contohnya: Sphenophyllum cuneifolium, S. dawsoni, S.
fertile.
rekonstruksi
batang Sphenophyllum cuneifolium
c. Bangsa
Protoarticulales
·
Bangsa ini juga hanya
ditemukan fosilnya. Hidup pada pertengahan zaman Devon.
·
Contoh yang paling
dikenal adalah Rhynia, berupa semak kecil yang bercabang-cabang menggarpu.
Daunnya sempit, berbagi menggarpu, tersusun berkarang. Sporofil tersusun dalam
bulir dengan percabangan menggarpu, sporangium bergantung-gantung.
A.
Hyenia, B. Cooksonia
4.
Kelas Filicineae (Paku Sejati)
Warga kelas ini sehari-hari dikenal
sebagai tumbuhan paku atau pakis yang sebenarnya. Berupa higrofit (hidup di
tempat teduh, lembab), teresterial, akuatik atau epifit (penyusun underground
di hutan). Berdasarkan lingkungan hidupnya kelasi ini dibedakan menjadi paku
tanah, paku air dan paku epifit. Daun berupa makrofil dengan ukuran dan bentuk
daun yang beraneka ragam, serta pertulangan daun yang bercabang-cabang.
Sporangium kebanyakan dalam sorus, keluar dari suatu bantalan atau plasenta
atau reseptakel. Biasanya sorus dilindungi oleh indusium atau tepi daun yang
melipat. Dinding sporangium mempunyai annulus. Kebanyakan bersifat heterospor.
Gametofitnya untuk yang heterospor bersifat endosporik, sedang yang homospor
bersifat eksosporik. Filicinae yang sekarang masih hidup dibedakan dalam 3 anak
kelas yaitu: Euspongiatae, Leptosporangiatae, dan Hydropteris.
Ophioglossum
reticulatum. (1) tumbuhan secara utuh, (2) tumbuhan
dihubungkan dengan stolon, dan (3) daun fertil
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Tumbuhan
paku merupakan tumbuhan berkormus dan berpembuluh yang paling sederhana.
2. Terdapat
lapisan pelindung sel (jaket steril) di sekeliling organ reproduksi, sistem
transpor internal, hidup di tempat yang lembap.
3. Batang
tumbuhan paku tidak tampak karena terdapat di dalam tanah berupa rimpang,
sangat pendek, ada juga yang dapat mencapai 5 meter seperti pada paku pohon
atau paku tiang.
4. Tumbuhan
paku bereproduksi secara aseksual (vegetatif) dengan stolon yang menghasilkan
gemma (tunas) yaitu anakan pada tulang daun atau kaki daun yang mengandung
spora.
5. Reproduksi
seksual (generatif) melalui pembentukan sel kelamin jantan/spermatozoid
(gametangium jantan/anteridium) dan sel kelamin betina/ovum (gametangium
betina/arkegonium). Seperti pada lumut tumbuhan paku juga mengalami pergiliran
keturunan/metagenesis. Metagenesis tersebut dibedakan antara paku homospora dan
heterospora.
6. Tumbuhan
paku (pterydophyta) dibedakan menjadi empat kelompok yaitu Psilotophyta(Paku
Purba), Lycopodinae(Paku Kawat atau Paku Rambat), Equisetinae(Paku Ekor Kuda),
Filicinae (Paku Sejati).
DAFTAR PUSTAKA
Rustaman, N dan S. Redjeki.1994.
Biologi 1 untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Penerbit Balai Pustaka
Jakarta
Smith, G.M. 1979. Cryptogamic
Botany (Bryophyta and Pteridophyta). Mc Graw-Hill, Inc. New York
Tjirosoepomo, G. 1998. Taksonomi Tumbuhan:
Scyzophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar