MAKALAH BOTANI TUMBUHAN TINGKAT
TINGGI
TATA NAMA TUMBUHAN
Oleh
Heriawan
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
(STKIP) HAMZANWADI SELONG
LOMBOK TIMUR
2012/2013
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kita nikmat sehat sehingga makalah yang sederhana ini dapat
terselesaikan dengan baik,Alhamdulillah.kedua kalinya tak lupa pula kami
haturkan solawat beserta salam atas keharibaan junjungan alam nabi kita nabi
besar muhammad SAW yang telah membawa risalah sehingga kita dapat mengecap
indah nya nikmat iman dan islam seperti sekarang ini.
Kami
ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing
yang telah memberikan kami tugas walaopun jauh dari kesempurnaan, dan
terimakasih kami ucapkan kepada rekan rekan yang telah membantu kami membuat
makalah ini dengan segenap tenaga sehingga terbentuklah makalah ini. maka dari
itu besar harapan kami akan kritik dan saran yang sifat nya membangun untuk
tercapainya makalah yang lebih baik dari yang telah kami buat ini.kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang ingin memperdalam pengetahuan
nya tentang tatanama tumbuhan atau sekedar menambah wawasan
Pancor April 2012
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL--------------------------------------------------- i
KATA
PENGANTAR------------------------------------------------- ii
DAFTAR
ISI---------------------------------------------------------- iii
BAB
I PENDAHULUAN--------------------------------------------- 1
A.Latar
belakang----------------------------------------------- 1
B.
Rumusan Masalah------------------------------------------- 3
C.Tujuan-------------------------------------------------------- 3
D.
Manfaat------------------------------------------------------ 3
BAB
II PEMBAHASAN---------------------------------------------- 4
A.Pengertian
tata nama tumbuhan------------------------------ 4
B.Nama
ilmiah tumbuhan--------------------------------------- 8
C.Perinsip
dan peraturan tata nama tumbuhan---------------- 10
D.Tingkat
kesatuan taksonomi-------------------------------- 13
E.Tipe
tata nama tumbuhan----------------------------------- 14
F.
Satu takson satu nama-------------------------------------- 15
BAB
III PENUTUP-------------------------------------------------- 17
A.Kesimpulan------------------------------------------------- 17
B.Saran-------------------------------------------------------- 17
DAFTAR
PUSTAKA------------------------------------------------ 18
BAB I
PENDAHULUAN
A. latar belakang
Sejak
manusia mulai mengenal tumbuhan dan hewan sejak itulah di berikan nama nama
tumbuhan dan hewan. Orang yunani memberi nama dengan bahasa yunani,orang cina
memberi nama dengan bahasa cina,orang mesir memberi nama dengan bahasa
mesir,demikian seterus nya. Nama adalah suatu yang mutlak perlu untuk dapat
menyebut yang di maksud. Ahli ahli taksonomi kemudian berusaha menerbitkan hal
hal yang berhubungan pemberian nama supaya tercipta suatu sistem tata nama yang
mantap,sederhana,dan mudah dipahami,dan dapat di gunakan oleh ahli ahli
taksonomi di seluruh dunia. Oleh karena itu,lahirlah sistim nama ganda(binary atau binomial nomenclature)menurut carolus
linnaeus. Hal itu karena carolus linnaeus merupakan orang yang pertama
secara konsisten menerapkan sistem tersebut yang terdapat dalam buku nya yang
berjudul spesies plantarum terbit
pada 1 mei 1753. dengan demikian,
tanggal 1 mei 1753 titik tolak berlaku nya tata nama hewan yang di akui setelah
terbit nya buku karya Linnaeus yang berjudul systema nature edisi X tahun 1758. Tata nama tumbuhan berlaku
secara internasional pada tahun 1876 dan untuk tatanama hewan pada tahun 1898,
sehingga carolus linnaeus di kenal sebagai Bapak Taksonomi.
Nama
nama tumbuhan dan hewan yang di kenal sekarang sebagai nama ilmiah atau sering
kali di kenal dengan nama latin atau nama dalam bahasa latin, yang sebenar nya nama
ilmiah ini tidak hanya berasal dari bahasa latin saja, tetapi dapat di ambil
dari bahasa apa saja bahkan ada yang di bentuk secara sembarang
(arbitarary).lebih tepat jika nama ilmiah adalah nama nama bahasa yang di
perlukan sebagai bahasa latin,tanpa memperlihat kan dari mana asal kata di atur
dalam kode internasional tata nama tumbuhan dan tata nama hewan yang memberi
indikasi untuk kategori takson. Nama itu di berikan pada tumbuhan maupun hewan
dan untuk setiap takson dengan definisi, posisi, dan tingkat tertentu,tapi
hanya ada satu nama yang benar.
Sekalipun
dari segi ilmiah nama sudah ada,tetapi orang awam banyak mengenal nya dengan
nama biaasa (nama dalam bahasa daerah). Nama tersebut tidak mengikuti ketentuan
manapun dan hanya bersifat lokal, tetapi tidak jelas untuk kategori takson yang mana nama di berikan. Biasanya
satu taknson dapat mempunyai lebih dari satu nama yang berbeda beda menurut
bahasa yang berbeda beda menurut bahasa yang menyebutkan. Kadang nama biasa
dari tumbuhan dan hewan tetap di perlukan, karena nama ilmiah nya belum ada
atau tidak ada.
1. Apa sajakah
urutan takson dan istilah-istilah yang digunakan?
2. Bagaimana
cara menyusun diskripsi lengkap suatu tanaman?
C. tujuan
1.Untuk penemuan flora-flora di dunia
2.Memberikan sebuah metode
identifikasi dan komunikasi yang tepat
3.Menghasilkan sistem klasifikasi
yang terkait dan menyeluruh
4.Memberikan nama ilmiah yang benar pada setiap takson tumbuhan sesuai dengan aturan tata nama tumbuhan
.5.Membuat keteraturan dan keharmonian ilmu
pengetahuan mengenaiorganisme sehingga tercipta suatu sistim yang sederhana dan
dapatdigunakan orang lain
D. manfaat
1.kita bisa
mengetahui urutan dari masing masing takson
2.untuk
memudah kan dalam pemberian nama nama tumbuhan
3.kita
bisa mengetahui tingkatan tingkatan dalam taksonomi
4.mempermudah
dalam pengelompokan tumbuhan tersebut
BAB II
PEMBAHASAN
A.pengertian tata nama
tumbuhan
Taksonomi tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari
penelusuran, penyimpanan contoh, pemerian, pengenalan (identifikasi),
pengelompokan (klasifikasi), dan penamaan tumbuhan. Ilmu ini merupakan cabang dari taksonomi.
Taksonomi tumbuhan (juga hewan) sering
kali dikacaukan dengan sistematika tumbuhan dan klasifikasi tumbuhan. Klasifikasi tumbuhan adalah
bagian dari taksonomi tumbuhan. Sistematika tumbuhan adalah ilmu yang berkaitan
sangat erat dengan taksonomi tumbuhan. Namun demikian, sistematika tumbuhan
lebih banyak mempelajari hubungan tumbuhan dengan proses evolusinya. Dalam sistematika bantuan ilmu
seperti filogeni dan kladistika banyak berperan. Di sisi lain,
taksonomi tumbuhan lebih banyak mempelajari aspek penanganan sampel-sampel (spesimen)
tumbuhan dan pengelompokan (klasifikasi) berdasarkan contoh-contoh ini.
Ilmu taksonomi tumbuhan
mengalami banyak perubahan cepat semenjak digunakannya berbagai teknik biologi
molekular dalam berbagai kajiannya. Pengelompokan spesies ke dalam berbagai
takson sering kali berubah-ubah tergantung dari sistem klasifikasinya
Mula mula manusia membedakan
makhluk hidup hanya atas dua kelompok yaitu kelompok
yang bermanfaat dan kelompok yang tidak bermanfaat.kemudian pengelompokan
atau penggolongan makhluk hidup berkembaang dengan cara lain, misal nya:
a.berdasarkan lingkungan tempat nya hidup, di bedakan tumbuhan air
(hidrofit), tumbuhan yang hidup di tempat kering (xerofit) tumbuhan yang hidup
di rawa atau air yang berkadar garam tinggi (halofit) tumbuhan daratan tinggi ,
tumbuhan daratan rendah dan lain sebagainya.
b.berdasarkan ukuran besarkecil nya, di bedakan tumbuhan rumput rumputan,
tumbuhan perdu, tumbuhan pepohonan, dan lain sebagai nya.
c.berdasarkan kegunaan nya, di bedakan atas tanaman pangan, tanaman obat
obatan, dan lain sebagai nya.
Penggolongan makhluk hidup di
sebut klasifikasi,selanjut nya berkembang sistim sistim tertentu yang di
gunakan untuk menggolongkan makhluk hidup, dan lahir lah istilah sistematik.
Sistematika sampai sekarang
ini di gunakan sebagai salah satu cabang biologi yang ruang lingkup nya
mencakup klasifikasi dan tata nama.kelompok makhluk hidup hasil dari
klasifikasi di kenal dengan takson maka muncullah istilah taksonomi.
Sistem klasifikasi makhluk
hidup teerus berkembag, berbagai sistem bermunculan.perbedaan terletak pada
tujuan dan dasar yang di pakai untuk klasifikasi. Sampai sekarang di kenal 3
macam klasifikasi yaitu: sistem artifisal (buatan )alami dan filogenetik.
1.sistim klasifikasi artifisal (buatan)
Klasifikasi sistem numerik di
anggap sama dengan sistim artifisal. Semua sistim klasifikasi yang di ciptakan
orang sejak zaman Aristotels sampai abad ke 18 di anggap sistim artifisal yang
artinya yaitu sistim klasiikasi yang mengutamakan tujuan praktis di samping
memperoleh ikhtisar dunia makhluk hidup. Sistim ini di dasarkan atas kegunaan
atau sifat sifat tertentu, tujuan dapat melakukan identiikasi.contoh dunia
tumbuhan terdiri dari pohon,perdu,semak, dan gulma.
2.sistim klasifikasi alamiah
Kira kira abad ke -18 sampe
abad pertengahan ke 19 ada beberapa ahli yang menciptakan klasifikasi sistim
alam dalam bidang taksonomi tumbuhan,yaitu ahli botani taksonomi prancis
michael adamson(1727-1806) dan naturalis
prancis, jean baptiste de lamrack(1744-1829)
Klasifikasi sistem alam adalah
suatu sistem klasifikasi yang mencita citakan terbentuk nya takson takson yang
bersifat natural alami. Takson yang terbentuk mencakup angota angota di
kumpulkan dalam suatu klompok seperti di kehendaki oleh alam. Hal ini di
lakukan berdasarkan banyak sedikit nya persamaan terutama persamaan sifat sifat
marfologi. Misalnya mengelompokkan pepaya, mangga,p isang, jambu dalam kelompok
tumbuhan berbunga tanpa memandang habitus nya/perawakan nya. Atau
mengelompokkan tumbuhan alga , jamur, lumut dan paku dalam kelompok tumbuhan
tak berbunga.
3.sistim klasifikasi filogenetik
Lamrack sebagai pelopor sistem
filogenetik dengan buku nya Philodophie Zoologique (1809) kemudian Charles
Darwin naturalis inggris (1809-1882) yang buku nya berjudul On the Origin of
Species by Means of Natural Slection (1859) mengemukakan sistem klasifikasi
tumbuhan dan hewan yang slalu di usahakan dengan pendekatan filogenetik atau
sistim filogenetik.
Sistem filogenetik merupakan
sistim klasifikasi yang muncul setelah lahir nya teori evolusi
filogenetik.dalam sistim ini di kehendaki ada nya ikhtisar yang mencerminkan
hubungan kekerabatan sekaligus urutan perkembangan makhluk hidup secara
filogenetik serta jauh dekat nya hubungan kekerabatan antara takson yang satu
dengan yang lain. Dalam sistim klasifikasi ini selain sifat sifat marfologi dan
anatomi,di pertimbangkan juga sifat sifat yang lain nya. Dalam perkembangan
selanjut nya sistim filogenetik selalu di usahakan penyempurnaan nya dengan
pendekatan baaru. Misalnya dalam penentuan jauh dekat nya hubungan kekerabatan
antara takson yang satu dengan takson yang lain nya pada tumbuhan.
Tumbuhan tembakau mengandung
nikotin, tumbuhan kecubung mengandung skopolamin. Kedua tanaman ini mempunyai
alkaloida yang sejenis, maka kedua tumbuhan tersebut di kelompokkan dalam suku
yang sama, yaitu solanaceae. Sejalan dengan perkembangan biologi, sistim
klasifikasi pun berkembang. Banyak ahli yang mengemukakan pendapat nya tentang
klasifikasi. Manurut weiz (1961)organisme di golongkan menjadi 4 kelompok yaitu
monera, protista, metaphyta, dan metazoa.
Wettaker dan margulis (1974) mengemukakan alternatif lain
di mana organis me di klompokkan ke dalam 5 kelompok organisme yaitu monera,
protista, fungi, plantae, dan animalia.
Sedangkan pimentel (1983) membagi organisme dalam 4
klompok yaitu monera, protista, plantae dan animalia.
Sistim klasifikasi yang banyak di gunakan sekarang adalah
5 kingdom:
1.kingdom monera: melipoti
bacteria dan cyanobacteria(alga hijau biru)
2.kingdom protista: meliputi
jamur lendir, amoeba, sporozoa, ciliata dan diatomae
3. kingdom fungi: meliputi
mycota/jamur
4.kingdom plantae:
meliputi alga lumut, paku, dan tumbuhan
biji.
5.kingdom animalia: meliputi vertebrata
dan invertebrata.
B. nama ilmiah
tumbuh tumbuhan
Nama ilmiah adalah ”nama-nama
dalam bahasa yang diperlakukan sebagai bahasa Latin, tanpa memperhatikan dari
bahasa mana asalnya kata yang digunakan untuk nama tadi”. Salah satu keuntungan
nama ilmiah ialah bahwa penentuan, pemberian atau cara pemakaiannya untuk setiap
golongan tumbuhan dapat dilakukan berdasarkan suatu aturan atau sistim tatanama
(Rifai, 1973). Nama ilmiah juga merupakan suatu kunci pembuka khazanah ilmu
pengetahuan tentang suatu jenis, karena dengan menggunakan nama ilmiah maka
segala perbendaharaan pengetahuan manusia yang terkumpul dalam pustaka-pustaka
akan terbuka bagi kita untuk ditelusuri, dipelajari, ditelaah, diolah dan
dimanfaatkan
Nama ilmiah suatu jenis merupakan
penggabungan 3 hal :
1. Genus
1. Genus
2. Spesies epithet (penunjuk jenis)
3. Author
Contoh : Daucus carota, L.
Nicotiana tabacum, L
Nama-Nama Genera
Kata benda tunggal dalam bahasa Latin atau
dilatinkan dengan inisial huruf besarØ
Setelah penulisan pertama pada genus yang sama boleh disingkat, contoh: Quercus alba → Q. alba, Q. rubra
Setelah penulisan pertama pada genus yang sama boleh disingkat, contoh: Quercus alba → Q. alba, Q. rubra
Tidak boleh terlalu panjang
Tidak boleh menggunakan nama yang sama dengan
jenisnya
Contoh: Salacca zalaccaÕ tidak
dianjurkan
Penunjuk Jenis
Biasanya berupa kata sifat, akhirannya
disesuaikan dengan nama marga.
Contoh: Syzygium aromaticum
Dalam bahasa Latin atau dilatinkan
Bisa berasal dari berbagai bentuk (nama orang,
nama tempat, nama umum, dll.)
Tidak boleh terlalu panjang
Tidak boleh mengulang nama marga
Ditulis dengan huruf kecil dan apabila terdiri
dari 2 suku kata harus diberi tanda
sambung.
Contoh: Hibiscus rosa-sinensis
Contoh: Hibiscus rosa-sinensis
Ipomea pes-capre
Author
Author adalah nama pengarang yang menerbitkan nama sah takson itu untuk pertama kali. Tujuan pencantuman nama author adalah supaya penunjukan nama suatu takson tepat dan lengkap serta memudahkan penelitian tentang keabsahan nama.
Contoh : Daucus carota L. (L.Õ Linnaeus)
Author adalah nama pengarang yang menerbitkan nama sah takson itu untuk pertama kali. Tujuan pencantuman nama author adalah supaya penunjukan nama suatu takson tepat dan lengkap serta memudahkan penelitian tentang keabsahan nama.
Contoh : Daucus carota L. (L.Õ Linnaeus)
Vernonia acaulis (Walter) Gleason
Penamaan cultivar dan varietas
Nama cultivar biasa disingkat dengan
c.v. tidak dalam bahasa Latin atau dilatinkan. Contoh : Mangifera indica c.v.
harum manis, Citrullus lanatus c.v. Crimson sweet.
nama varietas biasa disingkat var.
ditulis dalam bahasa Latin atau dilatinkan. Contoh : Licuala
gracilis var. Gracilis, Oryza sativa var. Javanica.
C. perinsip dan
peraturan tata nama tumbuhan
1. Tatanama botani tidak
berhubungan dengan tatanama zoologi. Nama yang sama yangdiberika pada tumbuhan bisa juga digunakan ahli zoologi
pada hewan
2. Pelaksanaan
penamaan di dalam kelompok taksonomi ditentukan dengan menggunakan
tipetatanama. Tipe untuk famili adalah genus, tipe untuk genus adalah jenis,
tipe untuk jenis adalahspesimen dan seterusnya.
3. Tatanama dari kelompok taksonomi haruslah berdasar pada prioritas publikasi, dan namayang benar adalah nama yang telah dipublikasi terlebih dahulu dan mengacu pada aturan-aturan. Tatanama yang telah dipublikasikan lebih dulu harus dipakai sebagai dasar pada publikasi berikutnya.
4. Setiap kelompok taksonomi, batasannya, posisinya dan urutannya bisa membuat satu nama yang benar. Nama ilmiah kelompok taksonomi disajikan dalam bahasa Latin tanpa menghiraukan asalnya.
5. Aturan untuk penamaan genus dan penunjuk jenis sama juga dengan yang lain harus dalam bahasa Latin
3. Tatanama dari kelompok taksonomi haruslah berdasar pada prioritas publikasi, dan namayang benar adalah nama yang telah dipublikasi terlebih dahulu dan mengacu pada aturan-aturan. Tatanama yang telah dipublikasikan lebih dulu harus dipakai sebagai dasar pada publikasi berikutnya.
4. Setiap kelompok taksonomi, batasannya, posisinya dan urutannya bisa membuat satu nama yang benar. Nama ilmiah kelompok taksonomi disajikan dalam bahasa Latin tanpa menghiraukan asalnya.
5. Aturan untuk penamaan genus dan penunjuk jenis sama juga dengan yang lain harus dalam bahasa Latin
6. Aturan tatanama
adalah berlaku surut kecuali hal-hal yang kecil.
7. Suatu nama yang sah tidak boleh ditolak karena alas an tidak disukai atau karena kehilangan arti aslinya. Contoh: Hibiscus rosa-sinensis, aslinya bukan di Cina. Perubahan nama hanya boleh dilakukan biala sudah betul-betul diteliti taksonominya.
7. Suatu nama yang sah tidak boleh ditolak karena alas an tidak disukai atau karena kehilangan arti aslinya. Contoh: Hibiscus rosa-sinensis, aslinya bukan di Cina. Perubahan nama hanya boleh dilakukan biala sudah betul-betul diteliti taksonominya.
Tumbuhan yang ada di muka bumi ini terdapat dalam jumlah yang sangat besar,
maka dari itu dalam keanekaragaman tumbuhan yang amat besar itu ahli-ahli ilmu
tumbuhan dapat mengenali kelompok-kelompok dengan persamaan sifat-sifat
tertentu, dan setiap kelompok itulah yang disebut dengan takson. Setiap
takson mencakup suatu populasi dengan persamaan sifat tertentu. Suatu takson
yang merupakan suatu populasi terdiri atas individu-individu dengan sifat-sifat
yang sama yang berarti sifat-sifat itu diwariskan dari generasi kegenerasi. Dan
populasi itu menempati suatu daerah tertentu yang disebut dengan jenis
(spesies).
Beberapa jenis dengan persamaan sifat-sifat tertentu tersebut membentuk suatu
takson yang menurut hierarkhi diberi kedudukan dan jenjang yang lebih tinggi
yang disebut dengan marga (genus). Setiap marga diberi nama seperti
halnya setiap jenis. Selanjutnya sejumlah marga dijadikan satu suku
(familia), yang masing-masing diberi nama yang berbeda-beda pula.
Satu bangsa (ordo), beberapa bangsa menjadi satu kelas
(classis), dan seterusnya. Dalam taksonomi tumbuhan umumnya dibedakan
6 kategori yang menurut hierarkhinya dari bawah ke atas disebut dengan istilah:
jenis (spesies), marga (genus), suku (familia), bangsa (ordo), kelas (classis),
dan divisi (devisio).
Mengenai nama yang diberikan kepada setiap takson tumbuhan kita kenal
istilah dan nama biasa serta istilah dan nama ilmiah. Kode Internasional
Tatanama Tumbuhan (international code of botanical Nomenclature) memuat
ketentuan-ketentuan pemberian nama kepada tumbuhan menurut jenjang takson
masing-masing. Juga memuat ketentuan-ketentuan lain yang bertalian dengan nama
tumbuhan. Misalnya mengenai perubahan nama akibat perubahan status takson
tumbuhan, ketentuan yang menyangkut publikasi nama dan berbagai hal lainnya
yang mempunyai kaitan dengan taksonomi tumbuhan.
a.tata nama untuk
nama jenis(spesies)
Nama ilmiah bagi tumbuhan maupun hewan untuk jenis harus bersifat
ganda. Artinya nama tersebut terdiri atas dua kata berbentuk tunggal yang di perlukan sebagai bahasa latin. Kata
depan merupakan nama marga dan kata kedua merupakan petunjuk jenis nya. Nama
marga di mulai dengan huruf besar dan nama jenis di mulai dengan huruf
kecil sekalipun kata tersebut di ambil
dari nama orang atau nama daerah.
Contoh:
a.
Nama jenis (spesies)Carica papaya
Carica adalah nama marga dan papaya adalah
nama jenis
Pada pemberian nama ilmiah
dengan menggunakan sistem dwi nama(nama ganda), jika nama jenis tumbuhan
terdiri atas lebih dari dua kata, maka kata kedua dan berikut nya harus di
tulis dengan di satukan semuanya. Contoh pada tumbuhan kembang sepatu (Hibiscus
rosa sinensis) harus di tulis Hibiscus
rosa-sinensis atau Hibiscus
rosasinesis.
Ketententuan lain dalam pemberian nama ilmiah tumbuhan adalah nama
jenis tidak boleh dua kata yang persis sama atau dua kata yang hampir sama, kecuali pada nama jenis hewan masih
dapat di benarkan. Contoh Gallus gallus (ayam).
Jenis merupakan takson yang mencakup individu dan keturunan yang menurut
pembawaan nya mempunyai sifat siat yang sama, baik marfologi, anatomi,maupun
fisiologi. Makhluk hidup sejenis mempunyai jumlah kromosom yang sama, terdapat
dalam daerah distribusi yang sama,dan jika antar warga jenis di adakan
persilangan atau perkawinan akan menghasilkan keturunan yang subur.
b.tata nama untuk nama
marga(genus)
Pada tumbuhan maupun hewan nama marga terdiri atas satu kata benda
berbentuk tunggal yang dapat di ambil dari sesuatu katadan huruf pertama di
tulis dengan huruf besar.
Contoh : Nama
marga tumbuhan: Pinus
Marga merupakan suatu takson yang mencakup sejumlah jenis yang
menunjjukkan persamaan dalam setruktur alat reproduksinya.
c.tata nama untuk nama suku
(familia)
Bagi tumbuhan, nama suku terdiri atas satu kata berbentuk jamak. Kata
tersebut merupakan sifat yang di perlukan sebagai kata benda yang di bentuk
dari salah satu marga yang dibawahi kemudian di pilih sebagai tipe tata nama di
tambah dengan akhiran aceae.
Contoh: Solanum
+aceae menjadi Solanaaceae (terung
terungan)
D.tingkat kesatuan taksonomi
Untuk memudahkan penentuan hubungan kekerabatan dan memperlancar
pelaksanaan penggolongan tumbuhan, maka diadakan kesatuan-kesatuan taksonomi
yang berbeda-beda tingkatnya. Sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
dicantumkan dalam Kode Tatanama, maka nsuatu individu tumbuhan dapat dimasukkan
dalam tingkat-tingkat kesatuan taksonomi sebagai berikut (dalam urutan menurun,
beserta akhiran-akhiran nama ilmiahnya):
1. Dunia tumbuh-tumbuhan (Regnum Vegetabile)
2. Divisi (divisio -phyta)
3. Anak divisi (sub divisio -phytina)
4. Kelas (classis -opsida, khusus untuk Alga –phyceae)
5. Anak kelas (subclassis –idea)
6. Bangsa (ordo –ales)
7. Anak bangsa (subordo –ineae)
8. Suku (familia –aceae)
9. Anak suku (subfamilia –oideae)
10. Puak (tribus –eae)
11. Anak puak (subtribus –inae)
12. Marga (genus; nama ilmiah marga dan semua tingkat di bawahnya tidak diseragamkan akhirannya)
13. Anak marga (subgenus)
14. Seksi (sectio)
15. Anak seksi (subsectio)
16. Deret (series)
17. Anak deret (subseries)
18. Jenis (species)
19. Anak jenis (sub species)
20. Varietas (varietas)
21. Anak varietas (subvarietas)
22. Forma (forma)
23. Anak forma (subforma)
Urutan tingkat-tingkat kesatuan taksonomi itu tidak boleh diubah atau dipertukarkan. Dengan tidak memperhatikan tingkatnya maka setiap kesatuan taksonomi tersebut (misalnya suku, jenis, varietas) masing-masing disebut takson.
1. Dunia tumbuh-tumbuhan (Regnum Vegetabile)
2. Divisi (divisio -phyta)
3. Anak divisi (sub divisio -phytina)
4. Kelas (classis -opsida, khusus untuk Alga –phyceae)
5. Anak kelas (subclassis –idea)
6. Bangsa (ordo –ales)
7. Anak bangsa (subordo –ineae)
8. Suku (familia –aceae)
9. Anak suku (subfamilia –oideae)
10. Puak (tribus –eae)
11. Anak puak (subtribus –inae)
12. Marga (genus; nama ilmiah marga dan semua tingkat di bawahnya tidak diseragamkan akhirannya)
13. Anak marga (subgenus)
14. Seksi (sectio)
15. Anak seksi (subsectio)
16. Deret (series)
17. Anak deret (subseries)
18. Jenis (species)
19. Anak jenis (sub species)
20. Varietas (varietas)
21. Anak varietas (subvarietas)
22. Forma (forma)
23. Anak forma (subforma)
Urutan tingkat-tingkat kesatuan taksonomi itu tidak boleh diubah atau dipertukarkan. Dengan tidak memperhatikan tingkatnya maka setiap kesatuan taksonomi tersebut (misalnya suku, jenis, varietas) masing-masing disebut takson.
E.tipe tata
nama tumbuhan
Untuk
menghindari kekacauan dalam pemakaian nama ilmiah maka Kode Internasional
Tatanama Tumbuhan (KITT) menetapkan bahwa penerapan nama-nama takson dari
tingkat suku ke bawah ditentukan berdasarkan tipe tatanama. Suatu tipe tatanama
adalah salah satu unsur penyusun takson yang selalu dikaitkan dengan nama
takson yang bersangkutan untuk selama-lamanya. Tipe tatanama tidak perlu
merupakan unsur atau spesimen atau contoh yang paling khas daripada takson;
tipe hanyalah suatu unsur yang selamanya dikaitkan dengan nama.
Tipe yang digunakan dalam tatanama secara umum adalah:
1. Holotipe (= holotypus), ialah suatu spesimen atau unsur lain yang dipakai oleh seorang pengarang atau ditunjuk olehnya sebagai dasar waktu pertama kali mengusulkan nama jenis baru. Selama holotipe masih ada, penerapan nama yang bersangkutan dengannya dapat dipastikan secara otomatis. Kalau pengarang yang mempertelakan suatu takson tidak menentukan holotipe, atau kalau holotipe hilang maka tipe pengganti atau tipe baru dapat ditunjuk untuk menggantikannya.
2. Tipe pengganti (= Lectotype), ialah suatu spesimen atau unsur lain dari spesimen-spesimen asli (isotopeatau sintipe) yang dipilih untuk menjadi tipe tatanama, kalau holotipe tidak ditentukan atau holotipe hilang atau hancur.
3. Isotipe (= Isotype), ialah duplikat (bagian dari suatu nomor koleksi yang dikumpulkan dalam waktu yang sama) dari holotipe.
4. Sintipe (= Syntypus), ialah salah satu daripada beberapa spesimen atau contoh yang disebutkan pengarang kalau holotipe tidak ditentukan, atau sslah satu daripada beberapa spesimen yang bersama-sama ditunjuk sebagai tipe.
5. Tipe baru (= Neotypus), ialah spesimen yang dipilih untuk menjadi tipe tatanama, kalau holotipe hilang atau rusak dan tidak mungkin untuk menunjuk tipe pengganti karena tidak adanya isotope atau sintipe.
Nama-nama baru yang diusulkan untuk mengganti nama-nama lain, ataupun nama-nama kombinasi baru yang berasal dari nama-nama sebelumnya, haruslah memakai tipe-tipe tatanama dari namanama yang lebih tuaatau yang digantinya.
F.satu
takson satu nama
Salah satu asas penting dalam Kode
Tatanama yaitu kesatuan taksonomi hanya boleh mempunyai satu namailmiah yang tepat, yaitu
nama tertua yang sesuai dengan peraturan-peraturan. Hal ini diadakan untuk
mengatasi kemungkinan dipakainya beberapa nama ilmiah yang berlainan untuk
suatu takson yang sama (sinonim). Sebaliknya peraturan yang sama juga perlu
untuk menghindari pemakaian satu nama ilmiah yang sama untuk beberapa taksa
yang berbeda (homonim).
Untuk menghindari penggonta-gantian nama
marga dan suku yang timbul sebagai akibat penerapan peraturan-peraturan
(terutama asas prioritas) secara konsekuen, maka beberapa nama diawetkan untuk
terus dipertahankan pemakaiannya, misalnya:
Palmae =
Arecacea,
Graminae = Poaceae,
Cruciferae = Brassicaceae,
Leguminosae = Fabaceae,
Guttiferae =
Clusiaceae,
Umbelliferae = Apiaceae,
Labiatae =
Lamiaceae,
Compositae =
Asteraceae.
BAB III
PENUTUP
Akesimpulan
Taksonomi tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari penelusuran, penyimpanan contoh, pemerian,
pengenalan (identifikasi), pengelompokan (klasifikasi), dan penamaan tumbuhan. Ilmu ini merupakan cabang dari taksonomi
Taksonomi
tumbuhan (juga hewan) sering kali dikacaukan dengan sistematika tumbuhan dan klasifikasi tumbuhan.
Klasifikasi tumbuhan adalah bagian dari taksonomi
tumbuhan. Sistematika tumbuhan adalah ilmu yang berkaitan sangat erat dengan
taksonomi tumbuhan
Nama
ilmiah suatu jenis merupakan penggabungan 3 hal :
1. Genus
1. Genus
2. Spesies epithet
(penunjuk jenis)
3. Author
B.Saran
Demi terwujud nya makalah yang lebih sempurna di pertemuan
selanjut nya mohon kritik dan saran nya yang sifat nya membangun supaya tidak
terjadi kesalahan dan lebih sempurna dari makalah yang sekarang
DAFTAR
PUSTAKA
Jones, S. B and
Luchsinger, A. E. 1987. Plant
Systematics International Edition. Singapore:
Mc. Graw Hill.
Tjitrosoepomo, G. 1988. Taksonomi
Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta: gajah Mada Univ. Press.
Steenis,
C.G.G.J. van.1949.Flora voor de Scholen in Indonesia. Noordhoff- Kolff N.V.Batavia
Tjitrosoepomo, Gembong. 1990.Morfologi
Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah MadaUniversity Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar